Ia menyelinap masuk ke dalam dunia, dan ke dalam pelukanku, diletakkan disitu oleh surga. Ia datang langsung dari Tuhan. Karunia yang tak tergambarkan. Saat aku memandangnya, kedamaian dan kesucian mengisi udara disekitarnya. Melalui airmata bahagia aku berbisik ditelinganya, “Kami senang kamu ada disini. Kami sudah menunggu lama sekali untuk bias melihatmu.” Ia membuka matanya, dan akupun mulai berubah – saat tanpa akhir yang terisi oleh ketakterhinggaan akan kehidupan. Dalam matanya aku melihat pengenalan total, cinta tanpa pamrih, dan kepercayaan yang sempurna. Aku adalah seorang ibu. Pada saat itu aku merasakan, dan dalam hatiku aku mengetahui, segala sesuatu yang perlu ku ketahui untuk membimbingnya.
Saat berbaring ditempat tidur, ia tidur diantara aku dan ayahnya. Kami menghitung jari kaki dan tangannya dan mengagumi kesempurnaan dalam bentuk mungil itu. Kami mencari kemiripan dengan kami, dan keunikan dirinya. Kami tak berkata apa-apa, tetapi hati dan benak kami penuh oleh pikiran tentang harapan dan impian kami untuknya, tentang dirinya nanti, tentang anugrah yang dibawanya dan bagaimana dia akan menyentuh dunia. Hanya memandangnya dan merasakan kasih dan manis yang dibawahnya, seakan stress dan beban dunia terangkat dari kami, dan apa yang penting dan benar dan benar dalam dunia ini menjadi jelas – seperti berada dalam kehadiran orang sakti yang bijak. Sulit sekali menutup mata kami untuk tidur.
Dengan berlalunya hari dan tahun, kami kagum akan perubahan yang terjadi pada dirinya. Senyum pertama, kata pertama, langkah pertama – semuanya tepat waktu, namun dalam waktu dan caranya sendiri. Ia mengajari kami kembali cara bermain; untuk memperlambat dan melihat dunia kembali. Untuk menemukan hal-hal yang dulu kami lihat, dan ketahui. Kentara bahwa banyak hal yang bisa ingat, rasakan, dan lihat yang tak bisa kami lakukan, dan mungkin selamanya tak mungkin bias.
Waktu akan melesat berlalu; mendadak ia akan tumbuh dewasa, siap membumbung kedunia dan memberikan sesuai dengan takdirnya. Melepaskanya akan menghancurkan hati kami, namun kami tahu bahwa ia bukan milik kami. Ia datang untuk mengajari kami, memberi kami kebahagiaan, menyempurnakan kami, dan menghubungkan kami dengan Tuhan.
Jeanette Lifeski
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar